Oleh Dadan Saepudin
Penulis Ketum PD PGMNI Kabupaten Bandung Barat – Jawa Barat
Suatu hari, ada seorang penggembala yang menggembala kambingnya ke sebuah tempat. Setelah tiba ditempat tujuannya, terbersit dalam hatinya untuk bercanda terhadap prang-orang yang sedang fokus bekerja di ladangnya masing-masing. Dalam hatinya ia bergumam, “saat ni, aku ingin menipu orang-orang yang sedang asyik bekerja,” kata si penggembala.
Lalu ia pun mulai mencari akal, gerangan apa yang bisa menghebohkan sehingga orang-orang bisa berkumpul di tempat pengembalaan kambingnya. Akhirnya ia punya ide untuk berbohong ada serigala yang ingin memangsa kambing-kambingnya.
“Tolong, tolong, tolong, ada serigala yang ingin memangsa kambingku,” sahut sang penggembala dengan suara keras.
Mendengar ada orang yang meminta tolong. Warga yang sedang asyik bekerja di ladang akhirnya mendekat dengan cepat ke arah suara yang meminta tolong tersebut.
Warga pun menghampiri si penggembala tersebut sambil berkata, “Mana serigalanya?” sang penggembala mendengar pertanyaan dari para warga lantas ia pun menjawabnya. “Oh, serigalanya sudah pergi.”
Mendengar jawaban dari si penggembala itu, warga pun tampak kesal karena ulahnya yang berteriak minta tolong namun serigalanya tidak mereka temukan.
Keesokan harinya, si penggembala kelihatannya berhasil menipu warga yang sedang fokus bekerja di ladangnya. Ia pun ingin kembali beraksi menipu warga yang sedang bekerja. Setelah menempatkan kambing-kambingnya untuk mencari rumput. Kemudian si penggembala tersebut berteriak dengan sangat kencangnya, “Ada serigala, ada serigala, tolong-tolong, kambingku mau dimangsa serigala.”
Warga yang sedang fokus bekerja, kembali mendengar ada yang meminta tolong. Mereka pun saling melempar pertanyaan karena suara yang meminta tolong suaranya dan arahnya sama dengan yang kemarin. “Ayo kita bantu? Khawatir kambing-kambingnya di makan serigala,” ucap salah seorang warga mengajak teman-temannya. “Ah, males, mungkin ia berbohong, masa di siang begini ada serigala,” jawab salah seorang warga.
“Ya sudah, kita coba lihat dulu, mungkin kali ini ada serigala yang mau memangsa kambing-kambingnya,” ungkap warga lainnya.
Kemudian, setelah bercakap-cakap mereka pun lari menuju sumber suara yang meminta tolong.
Setibanya di pengembalaan kambing, warga pun mencari serigala yang hendak memangsa kambing. Lalu, mereka bertanya kepada si penggembala yang sedang duduk.
“Mana serigalanya?” ucap warga. Si penggembala dengan muka tenang menjawab pertanyaan dari para warga yang hendak menolongnya itu. “Oh, serigalanya sudah pergi.”
Mendengar jawaban dari si pengembala tersebut, warga pun kembali ke ladang masing-masing dengan perasaan yang dongkol karena seolah kena prank dari penggembala tersebut.
Kemudian, keesokan harinya, si penggembala pun kembali melancarkan aksinya menipu warga yang sedang bekerja di ladangnya. Aksinya tidak berubah, ia menipu warga dengan meminta tolong ada serigala yang akan memangsa kambing-kambingnya.
Aksi ketiga pun kembali berhasil, warga pun berdatangan menghampirinya. Namun, si penggembala kembali memberikan jawaban bahwa serigalanya sudah pergi.
Selepas aksinya berhasil ngeprank warga yang sedang bekerja. Ia pun kembali beraksi untuk yang keempat kalinya.
“Tolong-tolong ada serigala, kambingku mau dimangsa serigala,” ucap si penggembala dengan nada yang keras.
Namun tiba-tiba tak disangka, gerombolan serigala pun menghampiri kambing-kambingnya. Kemudian mengejar dan memangsa kambing si penggembala tersebut.
Mendengar suara minta tolong, para warga pun tetap fokus bekerja di ladang masing-masing. Sambil mereka pun bercakap-cakap, “Ayo kita tolong?” ucap salah seorang warga kepada temannya. “Duh, saya kapok ditipu melulu, takut seperti yang kemarin-kemarin,” jawab warga yang lainnya.
“Betul, kita sudah tiga kali kena prank dari si penggembala itu, katanya ada serigala yang mau memangsa kambingnya, eh ternyata tak tahunya ia bercanda dan menipu kita,” ucap warga yang satu lagi.
Akhirnya, Si penggembala pun hanya bisa terdiam dan menangis, melihat kambing-kambingnya di mangsa oleh serigala. Ia tak menyangka, jika bakal ada gerombolan serigala yang memangsa kambing-kambingnya.
Sambil menangis, ia pun tak melihat satu orang warga yang datang menolongnya. Ia pun merasa bersalah karena sudah tiga kali menipu warga yang sedang bekerja di ladangnya masing-masing.
Begitulah sebuah potret betapa pentingnya kejujuran ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai kejujuran menjadi barang langka di tengah-tengah kehidupan saat ini. Ketika seorang pejabat menerapkan kejujuran, ia tidak akan menyikat uang rakyat, seorang pengusaha yang jujur, ia tidak akan mengurangi hak-hak karyawannya, ketika seorang pedagang yang jujur, ia tidak akan mengurangi takarannya, dan sebagainya.
Apalagi kita beberapa hari yang lalu telah menjalankan ibadah puasa Ramadan 1445 Hijriyah, banyak pesan moral yang dapat kita petik selama menjalankan ibadah puasa. Salah satunya, kejujuran ini ditanamkan pada ibadah puasa.
Kejujuran akan melahirkan kebaikan sebagaimana sabda baginda Nabi Muhammad Saw: “Kalian harus jujur, karena jujur itu akan menunjukan (jalan) kebaikan, dan kebaikan akan menunjukkan (jalan) ke surga. Dan seseorang yang senantiasa jujur dan ia bersungguh-sungguh untuk senantiasa berlaku jujur, maka ia akan dituliskan di sisi Allah sebagai orang yang jujur sekali (shiqqiq). Dan hati-hatilah kamu dengan berbohong, karena berbohong itu menunjukkan (jalan) kepada perbuatan jahat, dan sesungguhnya perbuatan jahat itu menunjukkan (jalan) ke neraka. Dan seseorang yang selalu bohong dan ia bersungguh-sungguh untuk senantiasa di sisi Allah ia kan dicatat sebagai orang yang pembohong."
Demikian, semoga tulisan ini ada hikmahnya bagi kita dalam menyikapi persoalan kehidupan tentang pentingnya kejujuran.
0 Komentar