Di sebuah daerah yang mayoritas non-Muslim, tinggallah seorang Muadzin dengan suara yang kurang merdu. Banyak jemaah masjid yang menasihatinya untuk tidak mengumandangkan adzan karena khawatir suaranya mengganggu ketenangan umat agama lain dan memicu perselisihan. Namun, Muadzin tersebut tetap kukuh dengan pendiriannya dan merasa bangga telah menjalankan dakwahnya untuk mengajak orang-orang datang ke masjid.
Suatu hari, seorang Nasrani bersama beberapa temannya datang ke masjid membawa berbagai macam makanan, manisan,jubah, dan peralatan berharga lainnya. Para jemaah masjid menyambut mereka dengan hangat. Si Nasrani kemudian bertanya kepada jemaah, "Adakah orang yang biasa mengumandangkan adzan di masjid ini?"
Jemaah masjid kaget dan bertanya-tanya apa tujuan pertanyaan tersebut. Si Nasrani pun menjelaskan, "Aku merasa senang dan bahagia mendengar suara adzannya."
Jemaah masjid semakin bingung dan bertanya, "Kok bisa?"
Si Nasrani pun menceritakan kisahnya. Ia adalah seorang pendeta yang memiliki seorang putri cantik dan berakhlak mulia. Putrinya jatuh cinta pada seorang pemuda Muslim dan ingin masuk Islam. Hal ini menjadi beban berat bagi si Nasrani karena ia adalah seorang pendeta. Ketika ia tidak memberikan restu untuk putrinya pindah agama, putrinya pun jatuh sakit.
Di tengah keputusasaan, si Nasrani mendengar suara adzan yang jelek dari masjid. Ajaibnya, dengan mendengar suara adzan tersebut, putrinya sembuh dari sakitnya dan membatalkan niatnya untuk menikah dengan pemuda Muslim dan memeluk Islam. Alasannya, suara adzan tersebut terdengar sangat jelek dan mengganggu, sehingga ia bertanya kepada saudara perempuannya tentang suara tersebut. Saudaranya menjelaskan bahwa itu adalah suara adzan untuk menyeru umat Islam sholat.
Dengan rasa penasaran, putri si Nasrani mencari informasi lebih lanjut tentang adzan dan Islam. Ternyata, ia menemukan banyak hal menarik tentang agama Islam yang membuatnya semakin tertarik. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk menjadi seorang Muslimah tanpa paksaan dari siapapun.
Si Nasrani pun merasa lega dan bahagia karena putrinya menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam Islam. Ia datang ke masjid dengan membawa berbagai hadiah untuk mengucapkan terima kasih kepada Muadzin atas suaranya yang jelek.
Kisah ini menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya tentang melantunkan kalimat indah dengan suara merdu. Dakwah yang hakiki adalah tentang menyampaikan pesan Islam dengan cara yang tepat, penuh ketulusan, dan menyentuh hati. Suara jelek Muadzin tersebut justru menjadi sarana hidayah bagi seorang Nasrani dan putrinya.
Kisah ini juga menekankan pentingnya akhlak dalam berdakwah. Sikap dan perilaku seorang Muslim jauh lebih berpengaruh dalam menarik simpati orang lain dibandingkan dengan kata-kata semata. Perbuatan buruk seperti korupsi,permusuhan, dan penyebaran hoaks justru dapat mencoreng citra Islam dan menjauhkan orang dari agama ini.
Sebagai Muslim, kita harus senantiasa mengedepankan akhlak mulia dalam setiap tindakan dan perkataan. Dakwah yang dilakukan dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan, serta diiringi dengan contoh yang baik, akan lebih mudah diterima dan menyentuh hati orang lain.
Mari kita jadikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin, agama yang membawa kedamaian dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia.
Semoga kisah ini bermanfaat bagi kita semua. Wallahu a'lam bishawab.( DR. H.Rusdan Bandung Barat)
0 Komentar